Kamis, 14 September 2017

Bersinarlah

Assalamualaikum sahabat sholihah semua, hari ini aku ingin menceritakan sekilas tentang kisah hidup yang mungkin diantara kita merasakan hal yang serupa.
Setiap wanita menginginkan hal yang sama yaitu bisa merasakan bagaimana membangun bahtera rumah tangga bersama keluarga kecilnya kelak, namun wanita hanya bisa menanti dan menunggu waktu itu akan tiba. Terkadang diantara kita ada yang merasa malu dan menjadi pesimis terhadap perkataan orang2 di sekitar kita. Namun bagiku perkataan2 tersebut akan aku jadikan sebagai motivasi untuk diriku agar nantinya akan aku buktikan kepada mereka bahwa aku bisa lebih dari yang mereka katakan.
Aku ingin menjadi beda dari mereka semua, mereka yang selalu bangga dengan mempunyai seorang pasangan dan membawa kesana kemari, namun bagi diriku itu bukanlah hal yang membuat diriku bisa jatuh dan tidak lagi optimis.
Aku seorang Mahasiswa dan aku harus bisa lebih dari mereka semua, walaupun mereka menganggap aku wanita yang tidak ada apa2nya dibandingkan dengan mereka, tetapi akan aku buktikan bahwa diriku pasti akan bisa lebih dari mereka. Kita tidak tau apakah nantinya jodoh atau maut yang akan menjemput kita dahulu, tetapi kita harus bisa mempersiapkan bekal kita untuk bisa selamat dunia wal akhirat.
Bercerita tentang wanita, wanita itu sabar dan sangat sabar dibandingkan laki-laki, wanita itu mudah rapuh, sangat sensitif terhadap hal apapun, tetapi wanita itu pada dasarnya seseorang yang sangat kuat dan tangguh, disamping itulah wanita membutuhkan sosok laki-laki yang bisa menguatkan dirinya.
Hari ini aku begitu merindukan ayahku, ayah yang telah lama pergi dari hidupku, setiap anak perempuan menginginkan Kasih sayang dan perhatian dari ayahnya, namun aku tidak seberuntung anak perempuan diluaran sana yang masih bisa merasakan dekapan dan pelukan seorang ayah. Andai aku bisa bertemu dengan ayah akan aku ceritakan semuanya, batapa sedih dan takutnya diriku saat ini. Ya Allah, aku berharap jadikan diri ini kuat dan tangguh dalam menghadapi cercaan demi cercaan yang datang pada diriku, Ya Allah jadikan diri ini kelak bisa bertemu dengan sosok laki-laki yang bisa membimbing ku ke jalan yang benar, yang bisa menerima keluarga dan semua kelebihan dan juga kekurangan yang ada pada diri ini, Ya Allah andai Engkau tau saat ini aku benar2 terpuruk atas apa yang terjadi pada diri ini. Berikan aku kekuatan Ya Allah agar ujian apapun itu aku bisa melewatinya dengan baik, Ya Allah jadikan diri ini bisa berguna di tengah2 masyarakat, yang bisa bermanfaat bagi orang banyak dan mampu membanggakan ayah dan ibu serta abang2 ku Ya Allah.  Aaaamiiiinn.

Minggu, 20 Agustus 2017

FILSAFAT MODERN (IDEALISME, REALISME DAN PRAGMATISME)

PENGANTAR FILSAFAT
Filsafat Modern (Idealisme, Realisme dan Pragmatisme)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Dosen Pembimbing: Zulkarnain, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
1.      Fani Aprila
2.      Puja Afrilianti
3.      Sri Ayu Wahyuni
4.      Wawandi






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN NAJAH
RENGAT
2017




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui banyak kekurangan, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.












DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN           
 A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Filsafat Idealisme......................................................................................... 3
B.     Filsafat Realisme.......................................................................................... 8
C.     Filsafat Pragmatisme.................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 16
B.     Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah.
Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberikan tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu filsafat idealisme ?
2.      Apa itu Filsafat Realisme ?
3.      Apa itu Filsafat Pragmatisme ?
4.      Siapa-siapa saja Tokoh-tokoh Filsafat Modern ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Filsafat Idealisme
2.      Untuk Mengetahui Filsafat Realisme
3.      Untuk Mengetahui Filsafat Pragmatisme
4.      Untuk Mengetahui Tokoh-tokoh Filsafat Modern



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Filsafat Idealisme
1.      Pengertian Idealisme
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental. Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah yang ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda secara  demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah idealisme. William E. Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan bahwa, sebutan ”ide-isme” kiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas), seperti kebenaran, keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius dengan orientasi keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia sangat idealistik”.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut. Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada,  sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
2.      Prinsip-prinsip Idealisme
a.       Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b.      Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c.       Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d.      Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini.[1]
3.      Jenis-jenis Idealisme
a.       Idealisme Subjektif
            Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.                       
b.      Idealisme Objektif  
            Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
c.       Idealisme Personal (personalisme)
            Idealisme Personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.[2]
4.      Tokoh-tokoh Filsafat Idealisme
a.       J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta. Menurut pendapatnya subjek “menciptakan” objek. Kenyataan pertama ialah “saya yang sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku.
b.      G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Hegel  lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).[3]


B.     Filsafat Realisme
1.      Pengertian Realisme
Dengan memasuki abad ke 20, realism muncul di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekedar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berate kepatuhan kepada yang fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkaan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menjalin hubungan baik dengannya. Kelompok realis berusaha melakukan hal ini bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris John Macmurray mengatakan: Kita tidak bisa melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda dalah realitas dan ide adalah bagaimana benda itu nampak pada kita. Oleh karena itu, maka fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar. Cara berpikir  common sense semacam itu adalah cara yang realis; cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan benda adalah bukan ide sebagai ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan benda itu dari real dan ide itu penampakkan benda yang benar atau yang keliru. Realisme menegaskan bahwa sikap common sense yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya, bahwa bidang alam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah watak benda yang kita rasakan.[4]
2.      Jenis-jenis Realisme
Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam benntuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialism. Kedua, kecenderungan terhadap idealism. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organic. James B. Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal Realisme mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistic dan terdiri atas bermacam-macam jenis, jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Dalam fasal ini, realisme pluralistic mendapat perhatian yang terbesar, karena ia merupakan aliran yang dominan.[5]
Jika realisme itu benar, akibatnya mungkin ada suatu gereja universal yang mempunyai dogma yang berwibawa. Semua manusia berdosa karena Adam berdosa, dan doktrin penebusan dan karya Kristus dapat diterapkan kepada seluruh umat manusia. Tetapi jika nominalisme itu yang benar, maka hanya gereja partikular lah yang riil; selain itu, dosa Adam dan penebusan tidak berlaku lagi bagi tiap orang, dan kita bebas untuk mengganti dekrit-dekrit gereja dengan keputusan-keputusan pribadi. Gereja Abad Pertengahan membantu realisme, karena nominalisme condong untuk mengurangi kekuasaan gereja.
3.      Tokoh-tokoh aliran filsafat Realisme
a.       Francic Bacon (1561-1626)  Bacon meyakini “pengetahuan adalah kekuatan” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa sesuaikan secara lebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode induktif.

b.      JHON LOCKE (1632-1704)  Pemikiran Locke mengantarkan kepada jenis pendidikan “kesopanan” yang dicatat kuat dalam pendidikan orang-orang Inggris. Seseorang mungkin berpendapat bahwa penolakan filosofi Locke bertengger diatas demokrasi, gagasan-gagasan edukatifnya mengatarkan mereka sendiri untuk menjadi seorang kaum atas (bangsawan)

C.    Filsafat Pragmatisme
1.      Pengertian Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna. Sedangkan menurut istilah adalah berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme. Pragmatime adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran  sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
2.      Kekuatan dan kelemahan Filsafat Pragmatisme
a.       Kekuatan Pragmatisme
1)      Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan nanti di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
3)      Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercayaan yang diterima apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompok pragmatisme merupakan pendukung terciptanya demokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.
b.      Kelemahan Pragmatisme
1)      Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa dunia ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transcendental (bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
2)      Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptakan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
3)      Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusia hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.

3.      Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
a.       Charles Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita.
b.      William James
William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya “empirisme radikal”. Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yag benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera. Sementara, Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional.
c.       John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun suatu system norma-norma dan nilai.[6]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri. Filsafat zaman modern ditandai dengan perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran atau pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan dengan tiga hal yaitu, Subjektivitas, Kritik dan Kemajuan. Aliran-Aliran Filsafat Modern yang kami bahas ialah  Idealisme, Realisme dan Pragmatisme. Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey.Seperti dengan aliran-aliran filsafat pada umumnya, pragmatisme juga memiliki kekuatan dan kelemahan sehingga menimbulkan kritik-kritik terhadap aliran filsafat ini.



B.     Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep filsafat zaman modern. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca dan dengan makalah ini bisa menjadikan pedoman kaidah yang baik. Demikianlah penjelasan tentang  filsafat zaman modern, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Suhar AM. 2009. Filsafat Umum. Konsepsi, Sejarah, dan Aliran. Jakarta: GP
PRESE.























[5]  Prof. Dr. H. Suhar AM, M. Ag. Filsafat Umum, Konsepsi, Sejarah, dan Aliran. Jakarta: PT. GP PRESE. hlm. 229

Bersinarlah

Assalamualaikum sahabat sholihah semua, hari ini aku ingin menceritakan sekilas tentang kisah hidup yang mungkin diantara kita merasakan hal...