Assalamualaikum sahabat sholihah semua, hari ini aku ingin menceritakan sekilas tentang kisah hidup yang mungkin diantara kita merasakan hal yang serupa.
Setiap wanita menginginkan hal yang sama yaitu bisa merasakan bagaimana membangun bahtera rumah tangga bersama keluarga kecilnya kelak, namun wanita hanya bisa menanti dan menunggu waktu itu akan tiba. Terkadang diantara kita ada yang merasa malu dan menjadi pesimis terhadap perkataan orang2 di sekitar kita. Namun bagiku perkataan2 tersebut akan aku jadikan sebagai motivasi untuk diriku agar nantinya akan aku buktikan kepada mereka bahwa aku bisa lebih dari yang mereka katakan.
Aku ingin menjadi beda dari mereka semua, mereka yang selalu bangga dengan mempunyai seorang pasangan dan membawa kesana kemari, namun bagi diriku itu bukanlah hal yang membuat diriku bisa jatuh dan tidak lagi optimis.
Aku seorang Mahasiswa dan aku harus bisa lebih dari mereka semua, walaupun mereka menganggap aku wanita yang tidak ada apa2nya dibandingkan dengan mereka, tetapi akan aku buktikan bahwa diriku pasti akan bisa lebih dari mereka. Kita tidak tau apakah nantinya jodoh atau maut yang akan menjemput kita dahulu, tetapi kita harus bisa mempersiapkan bekal kita untuk bisa selamat dunia wal akhirat.
Bercerita tentang wanita, wanita itu sabar dan sangat sabar dibandingkan laki-laki, wanita itu mudah rapuh, sangat sensitif terhadap hal apapun, tetapi wanita itu pada dasarnya seseorang yang sangat kuat dan tangguh, disamping itulah wanita membutuhkan sosok laki-laki yang bisa menguatkan dirinya.
Hari ini aku begitu merindukan ayahku, ayah yang telah lama pergi dari hidupku, setiap anak perempuan menginginkan Kasih sayang dan perhatian dari ayahnya, namun aku tidak seberuntung anak perempuan diluaran sana yang masih bisa merasakan dekapan dan pelukan seorang ayah. Andai aku bisa bertemu dengan ayah akan aku ceritakan semuanya, batapa sedih dan takutnya diriku saat ini. Ya Allah, aku berharap jadikan diri ini kuat dan tangguh dalam menghadapi cercaan demi cercaan yang datang pada diriku, Ya Allah jadikan diri ini kelak bisa bertemu dengan sosok laki-laki yang bisa membimbing ku ke jalan yang benar, yang bisa menerima keluarga dan semua kelebihan dan juga kekurangan yang ada pada diri ini, Ya Allah andai Engkau tau saat ini aku benar2 terpuruk atas apa yang terjadi pada diri ini. Berikan aku kekuatan Ya Allah agar ujian apapun itu aku bisa melewatinya dengan baik, Ya Allah jadikan diri ini bisa berguna di tengah2 masyarakat, yang bisa bermanfaat bagi orang banyak dan mampu membanggakan ayah dan ibu serta abang2 ku Ya Allah. Aaaamiiiinn.
Kamis, 14 September 2017
Bersinarlah
Minggu, 20 Agustus 2017
FILSAFAT MODERN (IDEALISME, REALISME DAN PRAGMATISME)
Filsafat Modern
(Idealisme, Realisme dan Pragmatisme)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar
Filsafat
Dosen Pembimbing: Zulkarnain, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
1.
Fani
Aprila
2.
Puja
Afrilianti
3.
Sri
Ayu Wahyuni
4.
Wawandi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN NAJAH
RENGAT
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui banyak kekurangan, oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Filsafat
Idealisme......................................................................................... 3
B. Filsafat
Realisme.......................................................................................... 8
C. Filsafat
Pragmatisme.................................................................................. 11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 16
B. Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis,
zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad
(abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance.
Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan
kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya
adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan
filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para
humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari
keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan
kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak
memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala
hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan
sejarah.
Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberikan
tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar
karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam
persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang
terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan
menggunakan akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan
lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan
akal yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini
didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu filsafat idealisme ?
2. Apa
itu Filsafat Realisme ?
3. Apa
itu Filsafat Pragmatisme ?
4. Siapa-siapa
saja Tokoh-tokoh Filsafat Modern ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Filsafat Idealisme
2. Untuk
Mengetahui Filsafat Realisme
3. Untuk
Mengetahui Filsafat Pragmatisme
4. Untuk
Mengetahui Tokoh-tokoh Filsafat Modern
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Idealisme
1. Pengertian
Idealisme
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan
yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad
modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga
dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini
pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan
istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme
Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang
hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran
yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik tidak dapat dipahami
terlepas dari spirit.
Ada
pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea,
yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran,
dan buah mental. Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang
sesungguhnya adalah yang ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya
yang berbeda secara demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah
dan jelas. Itu semua adalah idealisme. William
E. Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan bahwa, sebutan ”ide-isme”
kiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena
idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas), seperti
kebenaran, keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius
dengan orientasi keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia
sangat idealistik”.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu
terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau
ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti
pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut. Inti dari Idealisme
adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau
kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya
material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih
dulu ada bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu
yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir
atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang
berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind)
adalah sebuah fenomena pengiring.
2. Prinsip-prinsip Idealisme
a. Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana
gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta
bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing
unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang
logis dan bersifat spiritual.
b. Realitas atau kenyataan
yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya
gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c. Idealisme berpendapat
bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari
pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu
hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan
dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat
kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan
kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai
idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai
adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam
semesta ini.[1]
3. Jenis-jenis Idealisme
a.
Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat
yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri.
Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul
dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide
manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah
sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia. Salah
satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama
George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap
oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara
objektif.
b.
Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme
yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif ini
dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam. Menurut
idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil
dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya
mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia,
sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk
manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Filsuf idealis yang pertama
kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia
persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang
sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat
alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang
abadi.
c.
Idealisme Personal (personalisme)
Idealisme Personal yaitu nilai-nilai
perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes
terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis,
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang
khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.[2]
4.
Tokoh-tokoh
Filsafat Idealisme
a.
J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena
pada tahun 1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu
prinsip. Ini sudah mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan
seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan
teori, melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan
diatur. Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta. Menurut
pendapatnya subjek “menciptakan” objek. Kenyataan pertama ialah “saya yang
sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek
memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini
merupakan antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut
sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku.
b.
G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Hegel lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770.
Ayahnya adalah seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya
yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki
sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi
alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen.
Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di
Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain
menjadi direktur sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia
diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga
ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).[3]
B.
Filsafat
Realisme
1.
Pengertian Realisme
Dengan
memasuki abad ke 20, realism muncul di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti
yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau
kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekedar khayalan
atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah
keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan
yang tampak. Dalam arti umum, realisme berate kepatuhan kepada yang fakta,
kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkaan atau yang
diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang
lebih teknis.
Dalam
arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita
adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda
itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran
kita. Bagi kelompok realis, alam itu dan satu-satunya hal yang dapat kita
lakukan adalah menjalin hubungan baik dengannya. Kelompok realis berusaha
melakukan hal ini bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan
yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris John Macmurray
mengatakan: Kita tidak
bisa melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide.
Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran
dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda dalah realitas
dan ide adalah bagaimana benda itu nampak pada kita. Oleh karena itu, maka
fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika mau menjadi
benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok
dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak
menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti
ide-ide kita dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang
benar. Cara berpikir common sense semacam itu adalah cara yang realis;
cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan benda adalah bukan ide sebagai
ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan benda itu dari real dan ide
itu penampakkan benda yang benar atau yang keliru. Realisme menegaskan bahwa
sikap common sense yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya, bahwa
bidang alam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa
pengalaman kita tidak mengubah watak benda yang kita rasakan.[4]
2. Jenis-jenis
Realisme
Realisme
adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang
mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme
modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam benntuknya yang
modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga
materialism. Kedua, kecenderungan terhadap idealism. Dasar eksistensi mungkin
dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organic. James B.
Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal
Realisme mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk
yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat
kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistic dan terdiri atas
bermacam-macam jenis, jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis
lainnya. Dalam fasal ini, realisme pluralistic mendapat perhatian yang
terbesar, karena ia merupakan aliran yang dominan.[5]
Jika
realisme itu benar, akibatnya mungkin ada suatu gereja universal yang mempunyai
dogma yang berwibawa. Semua manusia berdosa karena Adam berdosa, dan doktrin
penebusan dan karya Kristus dapat diterapkan kepada seluruh umat manusia.
Tetapi jika nominalisme itu yang benar, maka hanya gereja partikular lah yang
riil; selain itu, dosa Adam dan penebusan tidak berlaku lagi bagi tiap orang,
dan kita bebas untuk mengganti dekrit-dekrit gereja dengan keputusan-keputusan
pribadi. Gereja Abad Pertengahan membantu realisme, karena nominalisme condong
untuk mengurangi kekuasaan gereja.
3. Tokoh-tokoh aliran filsafat Realisme
a. Francic Bacon (1561-1626) Bacon meyakini “pengetahuan adalah kekuatan”
dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa sesuaikan secara lebih
efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang disetiap sisi untuk
mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode induktif.
b. JHON LOCKE (1632-1704) Pemikiran Locke mengantarkan kepada jenis
pendidikan “kesopanan” yang dicatat kuat dalam pendidikan orang-orang Inggris.
Seseorang mungkin berpendapat bahwa penolakan filosofi Locke bertengger diatas
demokrasi, gagasan-gagasan edukatifnya mengatarkan mereka sendiri untuk menjadi
seorang kaum atas (bangsawan)
C. Filsafat Pragmatisme
1. Pengertian
Pragmatisme
Menurut
Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan
pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran
yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme
lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna. Sedangkan
menurut istilah adalah berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti
perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau
paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa
pemikran itu menuruti tindakan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu,
asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan
pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang bahwa
kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau
hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan
kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Kata
pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini
biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang
pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian
seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya,
tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme. Pragmatime
adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki
kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
2. Kekuatan
dan kelemahan Filsafat Pragmatisme
a. Kekuatan
Pragmatisme
1) Pragmatisme telah berhasil
membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir
metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang
memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan
nanti di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas
manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil,
indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pragmatisme telah berhasil mendorong
berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali
dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi
semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat
penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga
munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong
secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
3) Sesuai dengan coraknya yang sekuler,
pragmatisme tidak mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercayaan
yang diterima apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis
sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos,
Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompok pragmatisme merupakan
pendukung terciptanya demokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan
progresif dalam masyarakat modern.
b. Kelemahan
Pragmatisme
1) Karena pragmatisme tidak mau
mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute (kebenaran
tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya
bahwa dunia ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung
pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transcendental (bahwa Tuhan jauh di
luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat
mendewakan kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap
semacam ini menjurus kepada ateisme.
2) Karena yang menjadi kebutuhan utama
dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung
dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptakan pola pikir
masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat
pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
3) Untuk mencapai matrealismenya,
manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya
merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas
waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya
manusia hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme
menderita penyakit humanisme.
3. Tokoh-tokoh
Filsafat Pragmatisme
a. Charles
Sanders Peirce
Charles
mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu
benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita.
b. William
James
William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”,
ia juga menamainya “empirisme radikal”. Menurut James, pragatisme adalah aliran
yang mengajarkan bahwa yag benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai
yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya yang bermanfaat secara
praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal saja membawa akibat
praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistik, semuanya
bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang
praktis yang bermanfaat. Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang
harus tidak menerima suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara
langsung.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam
filsafat yaitu Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari
kebenaran hanya lewat pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang
dapat ditangkap indera. Sementara, Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang
sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional.
c. John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut
sistemnya dengan istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah
untuk mengatur kehidupan dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia
dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat yang utama ialah memberikan garis-garis
pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat
tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya.
Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta
mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan
dapat menyusun suatu system norma-norma dan nilai.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari
diri manusia sendiri. Filsafat zaman modern ditandai dengan perubahan dalam
bentuk-bentuk kesadaran atau pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran,
modernitas dicirikan dengan tiga hal yaitu, Subjektivitas, Kritik dan Kemajuan.
Aliran-Aliran Filsafat Modern yang kami bahas ialah Idealisme, Realisme dan Pragmatisme. Idealisme
merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh
dalam idealisme diantaranya yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley
(1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan
George W. F. Hegel (1770-1831). Realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah
real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita
ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Pragmatisme
berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis.Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat
pragmatisme adalah William James dan John Dewey.Seperti dengan aliran-aliran
filsafat pada umumnya, pragmatisme juga memiliki kekuatan dan kelemahan
sehingga menimbulkan kritik-kritik terhadap aliran filsafat ini.
B. Saran
Kami sebagai penulis makalah
ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan
memahami model dan konsep filsafat zaman modern. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca dan dengan makalah ini bisa menjadikan
pedoman kaidah yang baik. Demikianlah penjelasan tentang filsafat zaman modern, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami
mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Suhar AM. 2009. Filsafat Umum. Konsepsi, Sejarah, dan Aliran.
Jakarta: GP
PRESE.
[1] http://hidayatkaryadi.blogspot.co.id/2013/12/idealisme.html., Diakses Pada
Tanggal 25 Maret 2017
[2] http://edisumarnoblog.blogspot.co.id/2015/03/aliran-aliran-filsafat-idealisme.html., Di akses Pada
Tanggal 25 Maret 2017
[3]https://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-materialisme-eksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme/., Diakses Pada
Tanggal 25 Maret 2017
[4]http://adipustakawan01.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-realisme.html., Diakses Pada
Tanggal 25 Maret 2017
[5]
Prof. Dr. H. Suhar AM, M. Ag. Filsafat
Umum, Konsepsi, Sejarah, dan Aliran. Jakarta: PT. GP PRESE. hlm. 229
[6] https://penadarisma.wordpress.com/makalah/pragmatisme-dalam-aliran-filsafat/. Diakses Pada
Tanggal 25 Maret 2017
Langganan:
Postingan (Atom)
Bersinarlah
Assalamualaikum sahabat sholihah semua, hari ini aku ingin menceritakan sekilas tentang kisah hidup yang mungkin diantara kita merasakan hal...

-
MANAJEMEN KELAS Pendekatan-Pendekatan Dalam Manajemen Kelas Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas Dosen Pembi...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan sehari – hari baik secara disadari atau tidak kita pasti mengalami seb...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini, kita dituntut dengan kewajiban-kewajiban agama yang selalu mengika...