MANAJEMEN KELAS
Pendekatan-Pendekatan
Dalam Manajemen Kelas
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas
Disusun Oleh:
1.
Dewi
2.
Fani
Aprila
3.
Meri
Novi Purwanti
4.
Nuzul
Rahmadani Indra
5.
Puja
Afrilianti
6.
S.
Muhammad Fadliansyah
7.
Surya
Ningsih
8.
Wawandi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN NAJAH
RENGAT
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pendekatan-Pendekatan Dalam Manajemen Kelas.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Rengat, 13 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen Kelas....................................................................... 3
B. Pendekatan
dalam Manajemen Kelas.......................................................... 6
BAB
III PENUTUP
B. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran
seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang
dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan
usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan
pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas.
Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar siswa rendah, tidak
sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Melalui pendekatan-pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen kelas, akan memberikan
kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas.
Seperti yang telah diketahui ada
banyak kendala saat seorang guru sedang mengelola kelas, baik masalah individu maupun kelompok, untuk
menghadapi masalah tersebut perlu adanya ketepatan tindakan pengelolaan kelas. Ketepatan
tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam
pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Oleh karena itu, seorang guru
hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta
memahami kondisi psikologis para siswa yang dihadapinya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
Pengertian dari Manajemen Kelas ?
2.
Apa-apa
saja Pendekatan dalam Manajemen Kelas?
C. Tujuan
Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian
Manajemen Kelas
2. Untuk Mengetahui Apa-apa saja
Pendekatan dalam Manajemen Kelas
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Kelas
1.
Pengertian
Manajemen
a. Menurut
wikipedia, Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dari pengertian tentang manajemen
oleh Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam
pelaksanaannya dilakukan sesuai proses. Paling tidak ada 4 proses yang
dilakukan untuk melakukan suatu manajemen, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
b.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.
c.
Dalam bukunya yang berjudul “Principles
of Management”George R Terry (1994) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni,
agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen
merupakan pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain.
d.
Menurut Lyndak F. Urwick Manajemen
adalah forecasting (meramalkan), planning-organizing
(perencanaan-pengorganisiran), commanding (memerintahklan),
coordinating (pengkoordinasian) dan controlling (pengontrolan)
e.
Sedangkan menurut Oey Liang Lee,
manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2.
Pengertian
Kelas
a. Dalam
dunia pendidikan, kelas dapat mempunyai beragam makna, yaitu: (1) kelas adalah
sekelompok siswa yang sedang mengikuti suatu pembelajaran atau kuliah tertentu;
(2) kelas dapat juga diartikan sebagai proses belajar mengajar; (3) kelas
adalah bangunan fisik atau ruang kelas, tempat di mana proses belajar mengajar
dilakukan; (4) kelas adalah tingkatan sekolah di mana seorang anak belajar.
b. Menurut
Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan
belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru.
c. Sudirman
dkk, dalam bukunya Ilmu Pendidikan:Kurikulum, Program pengajaran, Efek
Intruksional dan pengiring, CBSA, Metode mengajar, Media pendidikan,
Pengelolaan kelas dan Evaluasi hasil belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), menyebutkan bahwa Nawawi membedakan kelas dalam artian sempit dan kelas
dalamian luas. Kelas dalam arti sempit menurutnya adalah ruangan yang dibatasi
oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses
belajar mengajar. Pada pengertian ini kita dapat melihat bahwa kelas sekedar
menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang didasarkan
pada batas umur kronologis masing-masing. Sedangkan kelas dalam arti luas
menurutnya adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat
sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai
suatu tujuan.
d. Menurut
Suharsini Arikunto, kelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama.
Berikut ini beberapa pengertian atau
definisi manajemen kelas:
a. Manajemen kelas adalah beragam
tingkah laku guru yang kompleks agar pengajarannya menjadi efektif dan efisien.
Manajemen merupakan suatu hal dapat membuat siswa terlihat sangat aktif dalam
aktivitas pembelajaran di kelas dan mereduksi tingkah laku-tingkah laku yang
kontraproduktif dengan proses pembelajaran sehingga guru dan siswa dapat
melakukan proses belajar mengajar dengan efisien jika dilihat dari segi waktu.
Tanpa manajemen kelas yang efektif proses pembelajaran siswa akan terganggu
selama pengajaran berlangsung.
b. Manajemen kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran
c. Manajemen kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan
d. Manajemen kelas merupakan
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis
dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong
kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif.
e. Manajemen kelas merupakan
serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas
yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajr mencapai tujuan belajar
secara efesien atau memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik.
f. Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan
Zain dalam sebuah bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif” (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) bahwa,
manajemen kelas adalah suatu upaya memperdayagunakan potensi kelas yang ada
seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan
pembelajaran.
g. Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan Kelas dan
Siswa yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, Jakarta, menyebutkan bahwa manajemen
kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi
belajar yang optimal. Pengertian lain dikemukaan: manajemen kelas adalah proses
seleksi tindakan yang dilaljukan guru dalam funsinya sebagai penanggung jawab
kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang
ada dan karakteristik kelas yang dihadapi.[1]
B.
Pendekatan-Pendekatan
Dalam Manajemen Kelas
Manajemen kelas tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru untuk
meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung
dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.[2]
Berikut ini ada beberapa pendekatan dalam mengelola kelas:
1.
Pendekatan
Otoriter atau Kekuasaan
Pendekatan
otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan
memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru
otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang
tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau
kedisplinan kelas, maka
perlu adanya pendekatan:
a. Perintah dan Larangan
Baik
perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi
masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan
perintah dan larangan bersikap
reaktif, namun jangkauannya
hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga
kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau
ditanggulangi secara tepat.
b. Penekanan dan Penguasaan
Pendekatan
penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi
masalah pengelolaan
kelas menggunakan pendekatan penguasaan dan
penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya.
Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.
c. Penghukuman dan Pengancaman
Pendekatan
penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman
dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak
dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di
depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan
tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk
penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi
Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman,
2000) terdapat lima strategi yang dapat diterapkan dalam mangelola kelas,
yaitu:
a. Menetapkan
dan menegakkan peraturan
Kegiatan yang
dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan
kepada siswa tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud peraturan
ini adalah menuntun dan membatasi perilaku siswa.
b.
Memberi perintah, pengarahan, dan pesan
Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku
siswa agar dapat melakukan sesuai yang diinginkan guru.
c. Menggunakan
teguran ramah
Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur
siswa yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara
lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal dengan
maksud untuk memberitahukan bukan menuduh.
d. Menggunakan
pengendalian dengan gerak mendekati
Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku
menyimpang atau cenderung menyimpang. Tujuannya adalah untuk mencegah
berkembangnya situasi yang mengacaukan.
e. Menggunakan
pemisahan dan pengucilan
Strategi guru dalam merespon terhadap perilaku
menyimpang siswa yang tingkat penyimpangannya cukup berat.[3]
Kelebihan dari pendekatan ini adalah
terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma yang
harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas. Kelemahannya adalah pendekatan ini
kurang efektif. guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang
ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu. siswa kurang
diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah
pikirannya. Contohnya: Seorang guru langsung mengusir anak didiknya
yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan
alasan yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak
didiknya tersebut tidak disiplin.[4]
2. Pendekatan Intimidasi atau Ancaman
Pendekatan
intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian
perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan
perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku
guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang
kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan.
Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku
sesuai dengan perintah guru. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu
dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang
keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera
menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki
dua peserta didik berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan
setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi.
Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh
hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik
untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan
salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif
strategi lain.
Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara
luas dan ada manfaatnya, terdapat kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan
pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya
menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan
lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap
bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.[5]
3.
Pendekatan Permisif atau Kebebasan
Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu
siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk
meningkatkan kebebasan siswa. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan
guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi
siswa secara penuh. Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan
perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini
adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik
bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah
meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin,
dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara
penuh..
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif
dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau
lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan
kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna.
Urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis,
memilkul risiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya,
mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung
jawab sendiri. Dengan demikian, guru harus dapat menemukan cara untuk
memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi
lain tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.[6]
Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk
dilaksanakan karena tingkah laku positif anak didik dapat terkembangkan
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Kelemahannya yaitu siswa menjadi
bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan
teransang bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Contohnya: Guru
memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan
memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak
tersebut tidak mengulangi perbuatannya itu lagi.
4.
Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja
sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan
guru untuk menciptakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru
juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi
kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi
konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.
Menurut Schmuk (dalam Y. Padmono,
2011) untuk
mengelola kelas diperlukan adanya:
a. Pengharapan;
jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk, sangat mungkin
mereka akan berkelakuan buruk, sebaliknya jika siswa merasa guru mengharapkan
mereka berkelakuan baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan baik.
b. Kepemimpinan;
guru memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika kepemimpinan
dapat dijalankan oleh guru dan siswa. Guru meningkatkan mutu interaksi dan
produktifitas kelompok dengan melatih siswa mengembangkan kemampuan
kepemimpinan.
c. Daya tarik;
mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas efektif
adalah pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara perorangan
di antara anggota kelompok.
d. Norma-norma;
norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan petunjuk yang membantu
anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan orang lain. Guru hendaknya
tidak mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab norma bentukan guru
cenderung memaksa siswa untuk menaatinya, sehingga ketaatan pada norma tersebut
hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
e. Komunikasi;
guru perlu mengembangkan kecakapan murid dalam berkomunikasi tertentu,
mengoreksi kata-kata, dan memberi
umpan balik.
f. Kesatuan;
kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar anggotanya termasuk guru sangat
tertarik pada kelompok sebagai satu kesatuan. Guru dapat menciptakan kelompok
kelas yang bersatu dengan membuat diskusi tentang penghargaan, dengan
penyebaran kepemimpinan, mengembangkan persahabatan kelompok, dan sering
menggunakan arus komunikasi dua arah.[7]
5.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas
berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang
sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar
asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat
tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru
adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu,
tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi
yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula. Glasser
mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya
berikut ini:
a. Secara pribadi
melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya
yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
b. Perilaku siswa;
menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
c. Membantu siswa
membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu.
Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan
masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
d. Membantu siswa
merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan
alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan
penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan
tanggung jawab sendiri.
e. Membimbing
siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
f. Mendorong siswa
sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana
tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang
dibuatnya.
g. Tidak menerima
pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah
ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya;
ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf
berarti tidak memusingkan masalah siswa.
h. Memberikan
kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang
tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang
lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
Sementara itu
Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional mengemukakan
gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang
efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana
siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah
maju, 2) pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku
siswa.[8]
6. Pendekatan Intruksional
Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran
yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti
pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan setiap siswa.
Pendekatan
instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar
mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah
timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:
a. Menyampaikan
kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara
empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas
b. Menerapkan
kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan
kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.
c. Menyiapkan
kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari
yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.
d. Memberikan
pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru.
e. Memberikan
dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat
yang sungguh-sungguh terhadap perilaku
siswa yang menunjukkan tanda-tanda
kebosanan dan keresahan.
f. Memberikan
bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru
untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat
mereka benar-benar memerlukannya.
g. Merencanakan
perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam
menghadapi perubahan-perubahan
situasi.[9]
7.
Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini
dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus
dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap
apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk
seperti yang tertulis dalam resep. Dalam pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran,
wejangan, perintah, sehingga mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru
menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian materi.[10]
8.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan
pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral.
Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah
laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya
bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu
karena satu atau dua alasan:
a. Siswa telah
mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
b. Siswa itu belum
mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan
pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
a. Ada empat
proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala
tingkatan umur dan dalam segala keadaan.
b. Proses belajar
itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian
yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah
menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum
behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan
positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
Manajemen
atau pengelolaan kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku
siswa dalam kelas dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita
harus mampu melakukan pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan
manajemen kelas dapat tercapai dengan baik.
Agar
pendekatan ini dapat berjalan dengan efektif, sebaiknya kita perlu mencatat
beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan kacaunya suasana dalam kelas,
sekaligus mencatat hal-hal yang membuat siswa dapat menjaga suasana kelas tetap
kondusif. Misalnya, selama ini kita terbiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab bersama sehingga suasana menjadi gaduh. Jika kebiasaan tersebut
dapat mengurangi kedisiplinan siswa, maka kita sebaiknya perlu mengganti kebiasaan
tersebut dengan hal lain yang dapat mengembalikan kedisiplinan mereka.
Di
samping itu, kita juga perlu merangsang siswa agar dapat bertingkah laku
positif di dalam kelas dengan cara memberi pujian atau ucapan terima kasih
selama mereka bisa menjaga sikap disiplin dalam kelas. Kebiasaan ini tentu akan
menimbulkan perasaan senang dalam diri siswa, sehingga mereka akan terus
terpacu untuk menjaga sikap-sikapnya. [11]
9.
Pendekatan Pengajaran
Manajemen kelas
dengan pendekatan pengajaran, sesuai dengan sebutan dilakukan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat dominan di sini sebagai
aktor utama di dalam kelas. Pendekatan memanajemen kelas dengan pendekatan
pengajaran dimaksudkan agar muncul peran guru secara efektif untuk melakukan
pencegahan dan atau penghentian perilaku siswa yang kurang menguntungkan atau
bahkan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pendekatan pengajaran
mensyaratkan perencanaan pengajaran yang baik oleh seorang guru. Selanjutnya,
rencana pengajaran yang telah dibuat itu diimplementasikan sebaik-baiknya di
dalam kelas sehingga kelas yang bersangkutan dapat terkelola dengan baik untuk
sebesar-besar manfaat untuk efektivitas pembelajaran siswa. Jadi, peranan guru
dalam kaitannya dengan pendekatan pengajaran adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pengajaran yang baik.
10. Pendekatan
Elektis/Pluralistik
Pendekatan
elektis adalah suatu pendekatan pengelolaan atau manajemen kelas yang lebih
menekankan pada potensialitas, kreativitas, dabn inisiatif wali kelas atau guru
kelas dalam memilih berbagai pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan
sebelumnya berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan
pendekatan-pendekatan di atas itu dalam suatu situasi mungkin cukup
dipergunakan salah satunya saja. Akan tetapi pada Situasi yang lain mungkin
harus dilakukan kombinasi dari dua atau tiga pendekatan di atas tersebut
sekaligus. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic karena dalam
pendekatan manajemen kelas ini guru berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.[12]
11. Pendekatan
Teknologi Informasi
Pembelajaran
tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara dan transfer
pengetahuan. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sekolah
mencari bentuk baru dalam proses pembelajaran anak. Pembelajaran yang dimaksud
adalah perkembangan teknologi dimasa kini dan mendatang, murid butuh untuk
persiapan dirinya terutama kaitanya dengan perkembangan proyek yang harus
dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Hal ini tentunya mendorong
para guru untuk lebih bertindak sebagai coaching dari pada upaya sekedar
telling dan spending ilmu pengetahuan.
Pemanfaatan
teknologi informasi adalah basis dalam pengembangan pembelajaran di dalam
kelas, baik dalam pengaturan kelas dengan alat teknologi tersebut (praktek),
maupun kelas yang di sett dengan alat tekologi yang memungkinkan anak
dapat mempelajari apa yang diinginkannya dengan bantuan alat teknologi
tersebut. Teknologi memberikan dan menuntut hal-hal berikut :
a. Menuntut guru melakukan pekerjaan
dan alat yang lebih rumit
b. Mengarah kepada peran guru sebagai
pelatih dari pada sebagai penyalur pengetahuan
c. Menyediakan kesempatan kepada guru
untuk mempelajari isi pembelajaran kembali dan menggunakan metode yang tepat
berdasarkan kurikulum yang ada
d. Dapat memberikan dorongan kepada
murid untuk bekerja lebih keras dan lebih berhati-hati dalam belajar
e. Membangun budaya nilai dan mutu
pekerjaan dalam sekolah secara signifikan.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan
yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik
siswa. Pendekatan dengan penerapan sejumlah
larangan dan anjuran cocok bagi penanggulangan masalah kelas yang bersifat
insidental kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang.
Dalam penerapan pendekatan ini akan muncul bentuk-bentuk: penghukuman atau
pengancaman, penguasaan atau penekaran, pengalihan atau pemasabodohan. Oleh
karena itu, dalam penerapan pendekatan ini guru perlu memperhitungkan dampak
psikologisnya siswa agar penggunaan pendekatan ini tetap memberikan manfaat
positif bagi siswa. Ada bebrbagai macam pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan
kelass seperti, pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, kerja kelompok,
sosio-emosional, intruksional dan masih ada berbagai pendekatan yang lain.
Pendekatan-pendekatan ini dapat dilakukan agar proses pembelajaran di dalam
suatu kelas dapat berjalan dengan baik, efektif dan juga efisien.
B. Saran
Penulis
menyadari makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.Akan tetapi bukan
berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati
semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah
tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal
mungkin dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalim
A.R, 2011. Manajemen Kelas.
Pekanbaru: Zanafa Publishing.
[1] http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-manajemen-kelas-pengelolaan.html. Di akses pada tanggal 21
februari2017
[2]
Nursalim A.R, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Zanafa
Publishing, 2011), hlm. 6
[3] http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/pendekatan-manajemen-kelas.html Di akses pada
tanggal 21 februari 2017
[4] http://ainiatul93.blogspot.co.id/2014/06/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas-dan.html. Di akses pada
tanggal 21 februari 2017
[5] http://manajemenkelasunikama.blogspot.co.id/2016/03/pendekatan-dalam-manajemen-kelas.html . Di akses pada
tanggal 21 februari 2017
[6] http://manajemenkelasunikama.blogspot.co.id/2016/03/pendekatan-dalam-manajemen-kelas.html. Di akses pada
tanggal 21 februari 2017
[7] http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/pendekatan-manajemen-kelas.html. Di akses pada
tanggal 21 februari 2017
[8] http://manajemenkelasunikama.blogspot.co.id/2016/03/pendekatan-dalam-manajemen-kelas.html. Di akses pada
tanggal 21 februari 2017
[9] http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/pendekatan-manajemen-kelas.html Di akses pada tanggal 21 februari 2017
[10] http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/pendekatan-manajemen-kelas.html., Di akses pada tanggal 09 April
2017
[11] http://raihanatunnisa.blogspot.co.id/2013/11/pendekatan-pengubahan-tingkah-laku.html., Di akses pada tanggal 09 April
2017
[12]
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2014/10/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html., Di akses Pada Tanggal 09 April
2017
[13]
http://pandek29.blogspot.co.id/2013/04/pendekatan-teknologi-dalam-manajemen.html., Di Akses Pada Tanggal 09 April
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar