PSIKOLOGI REMAJA
Perkembangan
Emosi, Kepribadian Dan Moral Pada Remaja
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Remaja
Dosen Pembimbing: Susiana, M.Pd.I.
Disusun Oleh:
1.
Erik
Ariswanda
2.
Fani
Aprila
3.
Fitri
4.
Rosmawita
5.
Selfiana
6.
Surya
ningsih
7.
Sy.
Rena Nurhaliza
8.
Vinni
Alvionita
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MADINATUN NAJAH
RENGAT
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Perkembangan Emosi, Kepribadian dan Moral
Pada Remaja.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Rengat, 15 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Emosi pada Remaja............................................................. 3
B. Perkembangan
Kepribadian pada Remaja................................................... 7
C. Perkembangan
Moral pada Remaja........................................................... 10
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 13
B. Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Remaja adalah suatu
masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu berkembang dari pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual. Remaja mengalami perkembangan psikologi dan pola
identifikasi dari anak-anak menuju dewasa. Pada umumnya remaja didefinisikan
sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi perempuan dan antara umur 13
tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki.
Pada masa ini status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang
harus dilakukan.
Masa remaja
termasuk masa penentuan, karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak
perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan fisik pada masa remaja juga
disertai dengan perubahan psikologi yang disebabkan adanya pengaruh hormon. Pertambahan hormon dari kelenjar adrenalin akan membuat
remaja cenderung membangkang dan memiliki sifat memberontak. Sementara itu,
perubahan psikologi yang dialami remaja pada masa pubertas meliputi
perkembangan emosi, kepribadian dan emosi. Pada masa ini kepribadian dan emosi anak mulai tumbuh dan
berkembang sehingga timbul kepercayaan diri dan mulai menemukan jati dirinya. Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak
sedangkan moral merupakan ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya.
Dengan kata lain bahwa moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan
perbuatan yang benar dan yang salah sebagai alat kendali dalam bertingkah laku.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Perkembangan Emosi pada Remaja ?
2. Bagaimana
Perkembangan Kepribadian pada Remaja ?
3. Bagaimana
Perkembangan Moral pada Remaja ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk Mengetahui Perkembangan Emosi pada Remaja
2. Untuk
Mengetahui Perkembangan Kepribadian pada Remaja
3. Untuk
Mengetahui Perkembangan Moral pada Remaja
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Emosi Pada Remaja
1. Pengertian
Emosi
Banyak defenisi mengenai emosi yang dikemukakan
oleh para ahli. Istilah emosi, menurut Daniel Goleman, seorang pakar kecerdasan emosional, makna tepatnya
masih sangat membingungkan, baik di kalangan para ahli psikologi maupun ahli
filsafat dalam kurun waktu selama lebih dari satu abad. Karena sedemikian
membingungkannya makna emosi itu maka Daniel Goleman dalam mendefenisikan emosi
merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi sebagai setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang
hebat dan meluap-luap. Sementara itu, Chaplin (dalam
Dictionary of Psychology
mendefenisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme
mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari
perubahan perilaku.[1]
Menurut Crow &
Crow pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu
tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
maupun pada tingkat yang luas. Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana
terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan
pertumbuhan secara psikis yang bervariasi, diantaranya terdapat fase pubertas
yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah
tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun dan setiap individu memiliki variasi tersendiri.
Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja,
sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami
kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja
mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini
memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis
terutama emosi.
Pergolakan emosi
yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti
lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta
aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja
yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas
yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan
waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya,
maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak
positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang
ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
Mengingat bahwa
masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan
teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan
orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana
remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan
dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan,
dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan
kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan
lancar dan efektif.
Biehler membagi
ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan
usia 15-18 tahun. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun, yaitu :
a. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
b. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal
rasa percaya diri
c. Kemarahan biasa terjadi
d. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin
selalu menang sendiri.
e. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara
objektif
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun, yaitu :
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun, yaitu :
a. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan
yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
b. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
a. Perubahan
jasmani atau fisik
Perubahan atau
pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa puber menyebabkan keadaan tubuh
menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini mempengaruhi kondisi prikis
remaja. Tidak setiap remaja siap menerima perubahan yang dialami, karena tidak
semuanya menguntungkan. Terutama perubahan tersebut mempengaruhi penampilannya.
Hal ini menyebabkan rangsangan didalam tubuh remaja yang sering kali
menimbulkan masalah dalam perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan
emosinya.
b. Perubahan
dalam hubungan orang tua
Orang tua yang mendidik
anaknya yang sedang beranjak dewasa dengan cara apa yang dianggap baik oleh
orang tua, misal cara yang otoriter, penerapan disiplin yang
terlalu kaku, terlalu mengekang dapat menimbulkan ketegangan antara
orang tua dan anak, yang akan mempengaruhi perkembangan emosinya. Kemudian jika
penerapan hukuman dilakukan dengan cara yang tidak bijak dapat menyebabkan
ketegangan yang lebih berat sehingga dapat menimbulkan pemberontakan pula,
karena pada dasarnya ada kecenderungan remaja untuk melepas diri dari orang
tua.
c. Perubahan
dalam hubungan dengan teman-teman
Pada awal remaja
biasanya mereka suka membentuk gang yang biasanya pula memiliki tujuan yang
positif untuk memenuhi minat bersama mereka, namun jika diteruskan pada masa
remaja tengah atau remaja akhir para anggota mungkin membutuhkannya untuk
melawan otoritas atau untuk melakukan yang tidak baik. Yang paling sering
mendatangkan masalah adalah hubungan percintaan antar lawan jenis dikalangan
remaja. Percintaan dikalangan remaja juga terkadang manimbulkan konflik dengan
orang tua, karena ada kekhawatiran dari pihak orang tua kalau terjadi hal-hal
yang diluar batas sehingga mereka melarang anaknya pacaran.
d. Perubahan
dalam hubungannya dengan sekolah
Menginjak remaja
mungkin mereka mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk kehidupan
dimasa mendatang. Hal ini sedikit banyak dapat menyebabkan kecemasan sendiri bagi
remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa yang akan mereka lakukan setelah
lulus.
e. Perubahan
atau penyesuaian dengan lingkungan baru
1) Perubahan
yang radikal menyebabkan perubahan terhadap pola kehidupannya.
B.
Perkembangan
Kepribadian pada Remaja
1. Pengertian
Kepribadian
Kepribadian
adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam psikologi, meskipun
istilah ini digunakan sehari-hari.Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak
(ma’nawiyah), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat
diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupan. Misalnya dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang
ringan maupun yang kuat.
May
berpendapat bahwa “Kepribadian adalah suatu aktualisasi dari proses hidup dalam
seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam masyarakat dan memiliki satu
perasaan cemas dalam batin, yang berhubungan dengan religiusitas. Withington
berpendapat “Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang
diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan
hanya yang melekat dalam diri seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada
suatu pertumbuhan yang lama suatu kulturil.
Pengertian
Kepribadian menurut May diatas dapat kami disimpulkan bahwa kepribadian itu
adalah suatu kebutuhan manusia yang
tertinggi yang menyatu dalam masyarakat luas sehingga perasaan cemas ataupun
gelisah dalam hatinya bisa saja muncul dikarenakan oleh situasi dan kondisi
yang memberikan kesempatan dan kemungkinan untuk mengembangkan bakat dan
kariernya. Sedangkan menurut Withington bahwa kepribadian itu ialah kseluruhan
tigkah laku yang ada pada diri seseorang yang disatukan melalui penituan terhadap
orang lain sehingga kepribadian ini juga dianggap sebagai suatu pertumbuhan yang
lama dalam kebudayaan.
2. Proses Perkembangan Kepribadian
Dalam proses pembentukan kepribadian
seorang remaja, hal yang paling mempengaruhi adalah sekolah. Pentingnya sekolah
dalam memainkan peranan didiri siswa dapat dilihat dari realita sekolah sebagai
tempat yang harus dihadiri setiap hari. Sekolah memberi pengaruh kepada anak
secara dini seiring dengan masa perkembangan konsep diri, anak-anak
menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah dari pada di rumah. Di samping itu
sekolah memberi kesempatan siswa untuk meraih sukses serta memberi kesempatan
pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.
Proses perkembangan kepribadian pada
remaja sangat banyak dipengaruhi pada masa-masa sekolah dimana ia berada dalam
suatu lingkungan yang memberikannya suatu pembentukan jati dirinya seperti dia
bergaul bersama teman-temannya, jika dia berteman dengan orang yang baik
otomatis perilaku serta wataknya akan menjadi baik sedangkan apabila dia
berteman dengan anak yang nakal tentunya dia akan menjadi anak yang nakal pula,
maka dari itu sekolah dapat membentuk kepribadian terhadap seorang remaja,
sekolah juga dapat membuat seseorang itu menjadi orang yang sukses dikarenakan
sekolah itu adalah tempat untuk mencari ilmu
supaya menjadi pintar dan berakhalak yang mulia.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Terbentuknya Kepribadian
Andi
Mappiare mengatakan bahwa kepribadian terbentuk dari tiga faktor, yaitu:
a. Pembawaan (hereditas)
b. Pertumbuhan fisik
c. Kemampuan mental dan bakat khusus
d. Lingkungan
1)
Rumah
2)
Sekolah
3)
Teman
sebaya
Terbentuknya
kepribadian seseorang membutuhkan waktu yang panjang, berangsur-angsur dan continue
dari bayi hingga mati. Pembentukan sekaligus pembinaan kepribadian individu
haruslah terus menerus dibentuk dan dibina secara baik dan wajar menuju
kepribadian yang ideal. Untuk mencapai kepribadian yang ideal diperlukan
lingkungan yang kondusif dan menuntut adanya kesediaaan, keterbukaan individu
terhadap gagasan pengalaman-pengalaman baru.[4]
C.
Perkembangan
Moral pada Remaja
1.
Pengertian Moral
Secara
etimologis, kata moral berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa latin, yang bentuk
jamaknya ‘mores’, yang artinya adalah tata cara atau adat istiadat . Moral juga
diartikan sebagai aklak, budi pekerti, atau susila”.
Secara
terminologis, terdapat berbagai pendapat tentang pengertian moral yang dilihat
dari segi subtansi materilnya memang tidak nampak perbedaan, namun dalam bentuk
formalnya berbeda. Widjaja, menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik atau
buruknya suatu perbuatan. Al-Ghazali, mengemukakan bahwa akhlak padanan dari
kata moral merupakan suatu watak yang melekat erat dalam diri manusia dan
merupakan asal dari timbulnya suatu perbuatan tertentu dari diri manusia. Moral yaitu keputusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan
pertimbangan norma yang berlaku dan nilai yang dianutnya.[5]
2. Tahapan
Perkembangan Moral
a.
Kohlberg
Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan,
yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat
postkonvensional.[6]
Berikut ini
adalah tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg :
1) Tingkat
Prekonvensional
Pada tingkat
pertama ini, anak sangat tanggap terhadap norma-norma budaya, misalnya
norma-norma baik atau buruk, salah atau benar, dan sebagainya. Anak akan
mengaitkan norma-norma tersebut sesuai dengan akibat yang akan dihadapi atas
tindakan yang dilakukan. Anak juga menilai norma-norma tersebut berdasarkan
kekuatan fisik dari yang menerapkan norma-norma tersebut.
2) Tingkat
Konvensional
Pada tingkat
perkembangan moral konvensional, memenuhi harapan keluarga, kelompok,
masyarakat, maupun bangsanya merupakan suatu tindakan yang terpuji. Tindakan
tersebut dilakukan tanpa harus mengaitkan dengan konsekuensi yang muncul, namun
dibutuhkan sikap dan loyalitas yang sesuai dengan harapan-harapan pribadi dan
tertib sosial yang berlaku. Pada tingkat
ini, usaha seseorang untuk memperoleh, mendukung, dan mengakui keabsahan tertib
sosial sangat ditekankan, serta usaha aktif untuk menjalin hubungan positif
antara diri dengan orang lain maupun dengan kelompok di sekitarnya.
3) Tingkat
Postkonvensional
Pada tingkat ketiga ini, terdapat usaha dalam diri
anak untuk menentukan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang memiliki
validitas yang diwujudkan tanpa harus mengaitkan dengan otoritas kelompok
maupun individu dan terlepas dari hubungan seseorang dengan kelompok.[7]
b.
Piaget
Adapun menurut Piaget ia percaya bahwa struktur kognitif dan
kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan
kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran
yang berkaitan dengan masalah sosial. Piaget membagi tahap perkembangan moral
anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
3.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral
a. Bimbingan
dalam mempelajari bagaimana membuat konsep khusus berlaku umum
Dengan
percaya saja bahwa remaja telah mempelajari prinsip pokok tentang benar dan
salah, orang tua dan guru jarang menekankan dalam usaha pembinaan remaja untuk
melihat hubungan antara prinsip khusu yang dipelajari sebelumnya dengan prinsip
umum yang penting untuk mengendalikan perilaku dalam kehidupan orang dewasa.[8]
b. Disiplin
yang diterapkan di rumah dan di sekolah
Karena
orang tua dan guru mengasumsikan bahwa remaja mengetahui tentang apa yang
benar, maka penekanan kedisiplinan hanya terletak pada pemberian hukuman pada
perilaku salah yang dianggap sengaja dilakukan. Penjelasan mengenai alasan
salah tidaknya suatu perilaku jarang ditekankan dan bahkan jarang memberi
ganjaran bagi remaja yang berprilaku benar.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
kepribadian remaja Secara bertahap, dimulai dengan menemukan identitas atau
jati dirinya. Hal ini di pengaruhi oleh iklim keluarga, tokoh idola, dan
peluang untuk mengembangkan diri. Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan
identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan
dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi.
Tindakan untuk menemukan identitas diri ini karena remja ingin diakui
keberadaannya dalam lingkungannya, sehingga remaja melakukan berbagai cara untuk
menunjukan eksistensinya.
Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah
emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja
dapat menjadi sumber tingkah laku nakal. Oleh karena itu hal-hal yang
menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting
untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan
mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.
B.
Saran
Penulis menyadari makalah ini
mungkin masih jauh dari kata sempurna.Akan tetapi bukan berarti makalah ini
tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan
dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita
semua. Kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal mungkin dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, dkk.
2010. Psikilogi Remaja. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Hurlock, Elizabeth B.
1980. Psikologi Perkembangan;Suatu
Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan,
Jakarta : Erlangga
Mahmud,
2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:
CV PUSTAKA SETIA
Slavin,
R.E. 2006. Educational psychology theory and practice. United states of
amerika:
john hopkins university.
[1] Mohammad Ali dan Mohammad
Asrori, Psikilogi Remaja, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2010) hlm. 9
[2] http://mirnieabadi.blogspot.co.id/2012/12/perkembangan-kepribadian-dan-emosional.html. Diakses pada
21 februari 2017
[3] https://pindaiilmu.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-emosi-dan-sosial.html. Diakses pada21 februari 2017
[4] http://halidanurilarofah.blogspot.co.id/2016/06/makalah-perkembangan-moral-dan.html. Di akses pada
21 februari 2017
[5]Dr. H. Mahmud,
M.Si. Psikologi Pendidikan (Bandung:
CV PUSTAKA SETIA, 2010) hlm. 358
[6] Slavin, R.E.
2006. Educational psychology theory and practice. United states of amerika: john
hopkins university.
[7] Dr. H. Mahmud,
M.Si. psikologi pendidikan,……hlm. 359
[8]Elizabeth B.
Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
(Jakarta : Erlangga, 1980) hlm. 225
Tidak ada komentar:
Posting Komentar