Selasa, 15 November 2016

Makalah Kurikulum PAI



BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu system pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Tujuan pendidikan di suatu bangsa atau Negara ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau Negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa atau Negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus berpengaruh pada Negara tersebut. Untuk itu, perubahan politik pemerintahan suatu Negara secara signifikan ikut mempengaruhi pendidikan yang dilaksanakan dan berimbas pada pola kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi, tanpa harus terlepas dari filosofi asas Negara dan agama masyarakat.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kurikulum
2.      Apa Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
3.      Bagaimana Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
4.      Apa Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam
5.      Bagaimana Isi Kurikulum Pendidikan Islam

1.      Untuk Mengetahui Apa Pengertian Kurikulum
2.      Untuk Mengetahui Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
3.      Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
4.      Untuk Mengetahui Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam
5.      Untuk Mengetahui Isi Kurikulum Pendidikan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi Kuno yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.[1]
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.[2] Sedangkan arti “manhaj”/kurikulum dalam pendidikan islam sebagaimana yang terdapat dala kamus al-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dala mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Defenisi-defenisi tentang kurikulum telah banyak dirumuskan oleh para ahli pendidikan. Diantaranya defenisi yang dikemukakan oleh M. Arifin yang memandang kurikulum sebagai “seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan pada proses kependidikan dalam suatu system institusional pendidikan”.[3] Sementara Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai “suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”. [4]
Dari defenisi di atas, terlihat bahwa konsep dasar kurikulum tidak hanya sebatas makna kata, akan tetapi juga harus menekankan pada aspek fungsinya yang ideal. Diantaranya adalah :

1.      Kurikulum sebagai program studi, yaitu seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh anak didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya.
2.      Kurikulum sebagai content, yaitu memuat sejumlah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku teks atau informasi lainnya yang memungkinkan tmbulnya proses pembelajaran.
3.      Kurikulum sebagai kegiatan berencana, yaitu memuat kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaiman hal tersebut dapat diajarkan secara efektif dan efisien.
4.      Kurikulum sebagai hasil belajar, yaitu memuat seperangkat tujuan yang utuh memperoleh suatu hasil tertentu, tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil-hasil yang di maksud. Dalam makna lain, memuat seperagkat hasil belajar yang direncanakan da diinginkan.
5.      Kurikulum sebagai reproduksi cultural, yaitu proses transformasi dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat agar dimiliki dan dipahami peserta didik sebagai bagian dari masyarakat tersebut.
6.      Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yaitu keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan sekolah.
7.      Kurikulum sebagai produksi, yaitu seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai  hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.[5]
Hasan Langgulung memadang bahwa paling tidak ada empat komponen utama dalam kurikulum, yaitu :
1.      Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh suatu jenjang pendidikan. Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang ingin dibentuk dengan kurikulum tersebut.
2.      Pengetahuan (knowlegde), informasi, data-data, aktifitas dan pengalaman dari mana dan bagaiman yang dimuat oleh suatu kurikulum. Dengan acuan ini akan dapat dirimuskan mata pelajaran mana yang dibutuhkan, mata pelajaran mana yang bisa digabungkan dan mata pelajaran mana yang tidak diperlukan.
3.      Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh peserta didik-peserta didik untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki kurikulum.
4.      Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut.[6]

Herman H. Horne memberikan dasar penyusunan kurikulum atas tiga macam, yaitu:
1.      Dasar Psikologis, digunakan untuk memenuhi dan mengetahui kemampuan yang diperoleh dan kebutuhan peserta didik (the ability and needs of children)
2.      Dasar Sosiologis, digunakan untuk mengetahui tuntutan masyarakat (the legitimate demands of society).
3.      Dasar Filosofis, digunakan untuk mengetahui nilai yang akan dicapai (the kind of universe in which we live).[7]
Bila di analisa lebih jauh, dasar kurikulum yang ditawarkan di atas belum lengkap untuk dijadikan dasar kurikulum pendidikan islam. Sebab, dalam pendidikan islam ada usaha-usaha untuk mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama (ilahiah) sebagai titik central tujuan dan proses pendidikan islam. Oleh karena itu, Al-Syaibany memberikan kerangka dasar yang jelas tentang kurikulum islam, yaitu :
1.      Dasar Agama. Dasar ini hendaknya mejadi ruh dan target tertinggi dalam kurikulum. Dasar agama dalam kurikulum pendidikan Islam jelas harus didasarkan pada Alqur’an, al- Sunnah, dan sumber-sumber yang bersifat furu’ lainnya.
2.      Dasar Falsafah. Dasar ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan Islam secara filosofis, sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan pandangan hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran, baik ditinjau dari segi ontology, epistimologi maupun eksiologi.
3.      Dasar Psikologis. Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan cirri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai denga tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan perorangan antara satu peserta didik dengan lainnya.
4.      Dasar Sosial. Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan islam yang tercermin pada dasar social yang mengandung cirri-ciri masyarakat Islam dan kebudayaannya, baik dari segi pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berfikir dan adat kebiasaan, seni dan sebagainya. Sebab, tidak ada suatu masyarakat yang tidak berbuadaya dan tidak ada suatu kebudayaan yang tidak berada pada masyarakat. Kaitannya dengan krikulum pendidikan islam sudah tentu kurikulum harung mengakar terhadap masyarakat dan perubahan dan perkembangannya.[8]

Menurut al-Syaibany, prinsip-prinsip yang harus menjadi acuan kurikulum pendidikan Islam, meliputi :
1.      Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.untuk itu, kurikulum yang dirumuskan, baik yang berkaitan fasafah, tujuan kandungan, metode mengajar, maupun cara-cara perlakuan dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus bedasarkan pada agama dan akhlak Islam.
2.      Prinsip menyeluruh (universal), yaitu muatan kurikulum hendaknya berlaku secara menyeluruh, tanpa terbatasi oleh masyarakat.
3.      Prinsip keseimbangan, yaitu muatan kurikulum hendaknya memuat ilmu dan aktivitas belajar secara berkesinambungan pada jenjang pendidikan yang ditawarkan. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi pengulangan yang akan membuat peserta didik jenuh dan kesimpangsiuran makna kebenaran ysng membuat peserta didik bingung.
4.      Prinsip-prinsip interaksi antara kebutuhan peserta didik, pendidik dan masyarakat.
5.      Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual antar peserta didik, baik perbedaan dari segi bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan sebagainya.
6.      Prinsip perkembangan dan perubahan sesuai dengan tuntutan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolute (Ilahiah).
7.      Prinsip pertautan (integritas) antar mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktiviti yang terkandung dalam kurikulum dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.[9]
Untuk lebih melengkapi prinsip-prinsip di atas, ada baiknya dilihat prinsip-prinsip kurikulum yang ditawarkan oleh Zakiah Daradjat,[10] yaitu :
1.      Prinsip relevansi dalam arti kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
2.      Prinsip efektifitas, baik efektifitas mengajar peserta didik, ataupun efektifitas belajar peserta didik.
3.      Prinsip efisiensi, baik dalam segi waktu, tenaga dan biaya.
4.      Prinsip fleksibilitas, artinya, ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.

Tujuan adalah sesuatu yang penting untuk dicapai oleh setiap manusia. Menurut Muhammad Munir, seperti yang dikutip Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:74), menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu:
1.      Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam itu adalah agama yang sempurna sesuai dengan firman-Nya. "Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu (QS. 5:3). Di antara tanda predikat manusia seutuhnya adalah berakhlak mulia. Islam datang untuk mengantarkan manusia seutuhnya sesuai dengan sabda Rasululllah Saw bahwa: "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia".
2.      Tercapainya kebahagiaan dunia akhirat, merupakan tujuan yang seimbang. Landasannya adalah "Di antara mereka ada yang berkata, Ya tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka". Untuk mencapai tujuan ini sangat dibutuhkan tidak saja ilmu agama yang sebatas ritual (spritual) semata-mata, melainkan juga perlu ilmu umum yang berkaitan dengan kehidupan dunia.
3.      Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi, dan patuh terhadap perintah dan menjauhi larangan-Nya. Seperti pesan dalam sebuah ayat Allah : "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi ke pada-Ku". Tujuan pendidikan Islam diproyeksikan agar hidup manusia menjadi dekat dengan sang khaliq, karena itu ia harus mengabdi setiap saat kapan di manapun.

Syarat-syarat yang perlu diajukan dalam perumusan kurikulum, yaitu sebagai berikut :[11]
1.      Materi yang disusun tidak menyalahi fitrah manusia.
2.      Adanya relevansi dengan tujuan pendidikan islam, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT dengan penuh ketakwaan dan keikhlasan.
3.      Disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik.
4.      Perlunya membawa peserta didik kepada objek empiris, praktik langsung dan memiliki fungsi pragmatis, sehingga mereka mempunyai keterampilan-keterampilan yang riil.
5.      Penyusunan kurikulum bersifat integral, terorganisasi, dan terlepas dari segala kontradiksi antara materi satu dengan materi lainnya.
6.      Materi yang disusun memiliki relevansi dengan masalah-masalah yang mutakhir, yang sedang dibicarakan, dan relevan dengan tujuan Negara setempat.
7.      Adanya metode yang mampu menghantar tercapainya materi pelajaran dengan memperhatikan perbedaan masing-masing individu.
8.      Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan peserta didik.
9.      Memperhatikan aspek-aspek social, misalnya dakwah islamiyah.
10.  materi yang disusun mempunyai pengaruh positif terhadap jiwa peserta didik, sehingga menjadikan kesempurnaan jiwanya.
11.  Memperhatikan kepuasan pembawaan fitrah, seperti memberikan waktu istirahat dan refreshing untuk menikmati suatu kesenian.
12.  Adanya ilmu alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain.
Setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi, disusunlah isi kurikulum pendidikan islam. Ibnu khaldun, sebagaiman yang dikutip oleh Al-Abrasy, membagi isi kurikulum pendidikan islam dengan dua tingkatan, yaitu sebagai berikut :
1.      Tingkatan Pemula (manhaj ibtida’i)
Materi kurikulum pemula difokuskan pada pembelajaran Alqur’an dan AS-Sunnah. Ibnu Khaldun memandang bahwa Alqur’an merupakan asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan, dan asas pelaksana pendidikan islam. Di samping itu, mengingat isi Alqur’an mencakup materi penanaman akidah dan keimanan pada jiwa peserta didik, serta memuat akhlak mulia, dan pembinaan pribadi menuju perilaku yang positif.
2.      Tingkat Atas (manhaj ‘ali)
Kurikulum tingkat ini mempunyai dua klasifikasi; Pertama, ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri, seperti ilmu syariahyang mencakup fiqh, tafsir, hadits, ilmu kalam, ilmu bumi, dan ilmu filsafat. Kedua, ilmu-ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, dan bukan berkaian dengan dzatnya sendiri. Misalnya ilmu bahasa (liungistik), ilmu matematika, dan ilmu mantiq (logika).
Ibnu Khaldun kemudian membagi ilmu dengan tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
a.       Ilmu-ilmu naqliyah, yaitu ilmu yang diambil dari Alqur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Seperti ilmu fiqh untuk mengetahui kewajiban-kewajiban beribadah; ilmu tafsir untuk mengetahui maksud-maksud Alqur’an; ilmu ushul fiqh untuk meng-istimbath-kan hukum berdasarkan Alqur’an dan As-Sunnah, serta ilmu-ilmu lainnya.
b.      Ilmu-ilmu aqliyah,yaitu ilmu yang diambil dari daya pikiran manusia, seperti ilmu filsafat, ilmu-ilmu mantiq (logika), ilmu bumi, ilmu kalam, ilmu teknik, ilmu matematika, ilmu kimia, dan ilmu fisika.
c.       Ilmu-ilmu lisan (linguistic), seperti ilmu nahwu, ilmu bayan, ilmu adab (sastra).
Al- Ghazali dalam membagi isi kurikulum pendidikan islam dengan empat kelompok dengan mempertimbangkan jenis, dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu:
a.       Ilmu-ilmu Alqur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu fiqh, As-Sunnah, tafsir dan sebagainya.
b.      Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu Alqur’an dan ilmu agama.
c.       Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, seperti ilmu kedokteran , matematika, industry, pertanian, teknologi, dan sebagainya. 
d.      Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat. 

BAB III
PENUTUP

Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan. Pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan Islam dalam menentukan atau memilih kurikulum adalah dari segi agama akhlak/budi pekerti dan berikutnya barulah dari segi kebudayaan dan manfaat.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal mungkin dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.



Daradjat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi. 1988.  Dasar-dasar Pengembangan
            Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.
al-Khuli, Muhammad Ali. Dictionary of Education, English-Arabic. Beirut: dar El- Ilm Lil-Malayin.
Langgulung, Hasan. 1988. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka al-   Husna.
Muhain dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan            Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya.
Ramayulis. 1994. ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.




[1] Ramayulis, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 61
[2] ibid
[3] Muhammad Ali al-Khuli, Dictionary of Education, English-Arabic, (Beirut: dar El-Ilm Lil-Malayin, tt), hlm. 105
[4] Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 122
[5] Muhain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 185
[6] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988), hlm. 303
[7] Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 49 dan 56
[8] Muhaini dan Abdul Mujib, Op.cit., hlm 85
[9] Zakiah Dradjat, dkk, Op.cit., hlm. 125
[10] Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985), hlm. 7
[11] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersinarlah

Assalamualaikum sahabat sholihah semua, hari ini aku ingin menceritakan sekilas tentang kisah hidup yang mungkin diantara kita merasakan hal...